Jakarta - Italia gagal mengulang keberhasilan mereka meredam Spanyol di pertemuan pertama mereka di fase grup. Di partai puncak taktik mereka gagal, dan Spanyol tetap menjadi diri sendiri yang memukau.

Itulah yang terjadi di laga final Piala Eropa tadi malam, yang berkesudahan 4-0 untuk Spanyol, hasil yang jauh berbeda dengan pertarungan mereka di babak grup yang berakhir sama kuat 1-1.

Cesare Prandelli hanya melakukan satu perubahan kecil pada susunan pemain belakang dengan menurunkan kembali Ignazio Abate, mengganti Federico Balzaretti di posisi fullback kiri. Tidak ada perubahan susunan pemain di sektor tengah dan depan Italia. Pola 4-1-3-2 yang dipasang ketika mengalahkan Jerman 2-0 di semifinal kembali dimainkan menghadapi Spanyol.

Hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh Prandelli, Vicente Del Bosque juga tidak melakukan kejutan apa-apa dalam pemilihan pemain di strating line up Spanyol. Cesc Fabregas kembali masuk di tim utama setelah di partai semifinal melawan Portugal, Del Bosque sempat membuat kejutan dengan memasang Alvaro Negredo di formasi inti.

Del Bosque kembali memainkan 4-3-3 andalannya yang sering bertransformasi menjadi 4-2-4-0 di tengah pertandingan dengan poros dua pivot di depan bek yaitu Sergio Busquets dan Xabi Alonso. Ia kali ini kembali memilih opsi memainkan striker yang bukan striker pada diri Fabregas.

Lini tengah Italia yang terisolasi

Prandelli di pertandingan kali ini mencoba melawan lini tengah Spanyol tanpa Thiago Motta, pemain yang di pertemuan pertama grup melawan Spanyol tampil menjadi dinamo lini tengah Italia dan mampu mengimbangi lini tengah Spanyol yang dikenal superior dan sulit ditembus. Prandelli lebih memilih Riccardo Montolivo untuk bermain bersama Andrea Pirlo, Daniele De Rossi serta Claudio Marchisio untuk melawan enam pemain Spanyol di lini tengah.

Masalah timbul ketika ternyata tidak ada pemain di lini tengah Italia yang mampu bermain trengginas memutus alur serangan, menjadi pemain box-to-box, dan bergerak secara spartan untuk menghancurkan mata rantai Xavi – Xabi Alonso – Busquets – Iniesta secara disiplin. Marchisio dan De Rossi yang sejatinya melindungi Pirlo malah bermain berjauhan. De Rossi lebih sering bermain di belakang Pirlo, Marchisio dan Montolivo seakan menjadi pemain yang hilang pada pertandingan itu.

Para pemain tengah Italia terlihat kebingungan menjalankan perannya masing-masing. Semua pemain tengah Italia ketika mendapatkan bola seperti hanya berlomba-lomba untuk mencari Pirlo untuk kemudian secepat-cepatnya memberikan bola kepada gelandang jenius itu. Marchisio dan Montolivo tampil dengan sangat tidak percaya diri dengan selalu mencari perlindungan dan solusi kepada Pirlo.



Gambar di atas menunjukan sentralisasi permainan pada Pirlo yang sedang memegang bola dan jarak yang sangat berjauhan di antara pemain-pemain Italia (lingkaran merah pemain Italia, garis hitam jarak). Spanyol pada gambar tersebut tidak melakukan pressing yang berlebih. Mereka hanya menyimpan tiga pemain yang memang berposisi sebagai tiga orang di depan dalam skema 4-3-3.

Italia kehilangan sosok pemain yang bermain seperti Thiago Motta di pertemuan pertama grup. De Rossi mencoba mengambil alih peran ini, tetapi gagal. Maju mundurnya De Rossi sebagai pemain yang bergerak bebas di babak pertama, justru menyebabkan ada satu ruang kosong di lini tengah Italia dan menyebabkan jarak antar pemain menjadi longgar.

Ini yang membuat Spanyol mampu bermain seperti layaknya Spanyol. Mereka bermain nyaman dengan tiki taka-nya. Mereka tidak memikirkan lawan. Spanyol hanya bermain dengan kemampuan dan potensi skuad yang mereka punya. Tidak ada pressing tinggi terhadap pemain-pemain Italia. Tidak ada penjagaan khusus terhadap dirijen permainan Italia, Andrea Pirlo.

Ketidakmampuan lini tengah Italia menghancurkan koordinasi lini tengah Spanyol membuat Italia kalah di babak pertama. Dengan bisa ditembusnya lini tengah Italia membuat Spanyol tidak usah bersusah payah untuk membuat opsi B yaitu menyerang lewat flank. Semuanya diselesaikan dengan opsi A: menyerbu dari tengah lapangan.






Gol dari through ball

Semua gol Spanyol diawali dengan proses membelah lapangan melalui through ball. Empat gol bermula dari lini tengah yang memberikan umpan terobosan lalu diselesaikan menjadi gol. Ini tidak pernah terjadi saat Italia menghadapi Spanyol di babak grup.

Empat gol yang berawal dari umpan terobosan ini menjadi ilustrasi betapa keroposnya koordinasi antara lini tengah yang bertugas melindungi defensive-line dengan para defender. Gelandang gagal membuat lawan kehilangan kesempatan untuk melakukan umpan, para defender gagal mengantisipasi pergerakan tanpa bola dari para penerima umpan through-ball.

Gol pertama



Gol kedua



Gol ketiga



Gol keempat



Pertandingan selesai saat Motta Cedera

Tertinggal 2 gol di babak I tidak membuat Prandelli menambah jumlah striker. Antonio Di Natale masuk menggantikan Antonio Cassano. Pilihan ini sedikit memberi harapan. Di Natale memiliki 2 peluang emas sepanjang 5 menit babak kedua. Antonio Di Natale merupakan satu-satunya pemain yang mampu menceploskan bola ke gawang Iker Casillas di Piala Eropa 2012.

Ketidakmampuan Italia mengedor lini pertahanan Spanyol di babak kedua juga masih disebabkan oleh lambatnya lini tengah Italia membantu serangan. Montolivo bukanlah pemain yang cocok untuk diturunkan sebagai starter. Harusnya Prandelli memakai pola seperti saat menahan imbang Spanyol di babak grup.

Prandelli memasukan Thiago Motta di menit 55 menggantikan Montolivo. Motta memang pemain yang menjadi harapan besar buat Italia. Pada match pertama, peran Motta sangatl vital. Ia bermain sebagai penjelajah setiap lapangan, mampu mempressing pemain Spanyol yang sedang menguasai bola. Motta juga sangat cepat ketika Italia membangun serangan dan bertahan.

Tapi, rencana Prandelli tidak berjalan lancar. Motta hanya bermain 5 menit. Dan sejak itu pula sejatinya Italia sudah dinyatakan kalah. Motta harus ditarik keluar setelah mengalami cedera dan kuota pergantian pemain Italia sudah habis.

Memperbaiki Lini Pertahanan

Justru saat bermain 10 pemain, pertahanan Italia bermain sangat baik. Lini belakang mulai dapat bantuan dari lini tengah. Hal yang tidak terjadi ketika Italia bermain 11 orang. Marchisio yang di babak I tidak pernah terlihat membantu pertahanan, kini terlihat sering berada mendekat ke kotak pinalti pertahanan saat Italia bertahan.



Dari gambar di atas kita bisa melihat cara bertahan Italia yang sangat rapat ketika bermain 10 pemain. Marchisio membantu Abate menutup sisi kanan dan Balotelli terlihat sudah mulai turun membantu pertahanan dangan membayangi Xavi. Harusnya Prandelli mengarahkan pemainnya dengan cara seperti ini. Ya, cara yang membuat Spanyol ditahan imbang 1-1 oleh Italia pada babak grup. Memang hanya bermain dengan cara yang pasif dan rapat salah satu pilihan yang harus dipilih Prandelli sejak awal pertandingan, mengingat level pemain Spanyol lebih unggul dari Italia.

Selebihnya, faktor cedera Chiellini di babak pertama, membuat Prandelli tidak dapat mengubah strategi permainan dengan baik. Namun dengan cederanya Chiellini, merupakan salah satu dari perjudian Prandelli dalam memilih skuad. Membawa Chiellini ke EURO 2012 yang sebenarnya tidak terlalu fit adalah perjudian besar Prandelli. Sialnya, perjudian itu justru berakhir pahit di laga terpenting Prandelli.

Torres dan Mata

Sadar dengan rapatnya barisan pertahanan Italia, Del Bosque kembali menurunkan Torres seperti saat pertemuan di babak grup. Dan hal ini terbukti kembali membuat lini pertahanan Italia kembali rusak.



Xavi berhasil menguasai bola setelah sukses memotong aliran bola dari de Rossi. Torres membuktikan diri sebagai striker yang masih berbahaya. Pergerakannya mampu mengecoh Abate dan Bonucci. Torres bergerak di antara Bonucci dan Abate. Xavi dengan mudah menyodorkan through ball yang lagi-lagi menjadi gol.

Pada gol keempat, Mata dan Torres yang ada di garis depan berada di antara dua center-back Italia. Bedanya, Torres yang menyambut bola through-ball tidak mengeksekusinya sendiri, melainkan mengirimkannya pada Juan Mata yang lebih bebas.

Kesimpulan

Akhir yang mengerikan bagi Prandelli. Dibuka dengan laga yang memukau secara taktik saat menahan Spanyol di babak grup, kiprah Prandelli di EURO 2012 diakhiri dengan kegagalan taktik yang fatal. Membawa Chiellini yang cedera terbukti menjadi perjudian yang gagal justru di babak final. Mengubah formasi 3 defender yang sukses membuat buntu tiki-taka di laga babak grup ternyata tidak berhasil seperti yang diharapkan.

Bagi Del Bosque dan Spanyol, laga ini dan turnamen EURO 2012 menunjukkan bahwa bermain konsisten dengan gaya khas diri sendiri memang menjadi pilihan yang paling masuk akal bagi tim dengan kualitas seperti Spanyol. Del Bosque dan Spanyol tidak terlalu terpengaruh dengan strategi dan taktik lawan. Cukup menjadi diri sendiri.

sumber detik

0 comments